Sekuler ~ .:|| X JarIk (Jaringan Islam Kampus) Bandung X ||:.
RSS

Sekuler

Thursday, March 6, 2008

Islam Itu Sekuler!!

Perdebatan hubungan agama dan negara nyaris tak ada habis. Kelompok yang pro pusi atas keduanya menginginkan agama dan negara satu kesatuan seperti dua sisi dalam sekeping mata uang.

Tapi yang kontra menolak, agama dan negara seperti minyak dan air yang selamanya takkan bisa berjalan seiring sejalan. Bagaimana pandangan pemikir lokal NTB tentang agama negara. Kita simak wawancara Achmad Jumaely dengan dosen IAIN Mataram Drs. M. Asyiq Amrullah, M.Ag. beberapa waktu lalu kantornya.

Sekarang ini, terdapat sekelompok ummat Islam yang tiba-tiba berupaya untuk melakukan formalisasi syari’at Islam, bagaimana bapak mencermati hal ini?

Ini memang fenomena baru yang disusung oleh beberapa Parpol dan ormas islam, tapi ini suara minoritas. Dalam konteks indonesia yang majemuk, hal ini tidak mungkin kita lakukan. Itu sebabnya para pendiri bangsa menyepakati pancasila sebagai asas negara.

Tapi, alasan mereka demi menegakkan syari’at Islam?

Iya, semua ummat Islam tentu saja punya keinginan yang sama, menerapkan syari’at islam. Tapi bukan dengan formalisasi syari’at. Formalisasi syari’at islam kan artinya menggunakan syari’at islam dalam undang-undang negara. Dan ini tidak mungkin, karena negara kita tidak hanya dihuni oleh ummat Islam saja tapi juga ada ummat agama lain.

Lalu bagaimana dengan kewajiban menerapkan syari’at oleh ummat islam sendiri?

Penegakan syari’at itu kan kewajiban setiap individu muslim bukan harus diurus oleh negara. Negara ya negara, islam ya islam.

Akibatnya jika agama (islam) dipaksakan masuk dalam struktur negara?

Ya, seperti negara Turki Ustmani itu. Kacau-balau, disana-sini terjadi pemberontakan dan pembunuhan. Raja Turki Usmani bermadzhab Hanafi dan karenanya semua rakyat dipaksakan bermadzhab Hanafi, akhirnya rakyat atau ulama yang bermadzhab lain jelas tidak setuju. Dan menolak hal itu. Daam konteks indonesia jelas lebih kompeks dan lebih rumit, karena disini tidak hanya ummat islam tapi juga ummat agama lain. Tidak mungkin kita menerapkan syari’at islam kepada mereka yang tidak beragama islam.

Jika demikian sepertinya islam lebih sepakat pada sekualarisasi?

Memang begitu, sekularisasi itu terjadi di eropa disebabkan agama (gereja) terlalu banyak mencampuri urusan negara dan sebaliknya. Para ilmuan seperti Galelio Galilei sampai dihukum mati karena dianggap menentang gereja. Ilmu pengetahuan yang mereka temukan justru dianggap mencederai eksistensi gereja. Maka saat itu disepakati gereja harus dipisahkan dengan negara. Dalam konteks indonesia juga demikian.

Tantangan penerapan syari’at Islam yang lain?

Banyak, salah satunya adalah persoalan madzhab tadi itu. Kita mau merapkan syari’at islam versi (madhab) apa? Sementara di negara ini hampir semua madhab hidup dan sama-sama mempunyai banyak ummat. Bahkan, saya kira akan lebih sulit lagi jika kita menyadari bahwa kita hidup dalam beragam agama, etnis, suku dan bangsa. Saya kira penerapan syari’at islam kita serahkan pada individu ummat Islam masing-masing. Nanti di akhirat kita akan tahu siapa yang terbaik diantara kita, yang penting hidup ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, berlomba-lomba dalam kebaikan. []