Negeri ~ .:|| X JarIk (Jaringan Islam Kampus) Bandung X ||:.
RSS

Negeri

Friday, August 3, 2007

Di Negeri Langit
Oleh Shinta

Matahari pagi ini masih malu-malu untuk keluar dari peraduannya. Hh... betapa membosankan. Seperti hari-hari yang lalu; bangun pagi, menggerakkan badan barang sejenak, menghirup udara pagi yang dingin, mandi, minum kopi pahit yang kental, berangkat kerja, dan ketika matahari telah terbenam usailah sudah pekerjaan hari itu. Pulang, dan tertidur di sofa.. begitulah keseharianku, tak ada yang berubah. Membosankan bukan?!

Demikian juga hari ini, aku tak mengharapkan perubahan yang berarti, entah mengapa. Bukan berarti aku menikmati ini semua, tapi siapa yang peduli?! Takkan ada orang yang peduli di kota yang semakin lama semakin menyesakkan ini.

Dan seperti hari-hari kemarin pula, manajer tempat aku bekerja marah-marah tak karuan. Ada saja yang dikeluhkannya atau yang dirasanya kurang berkenan. Salah-salah orang yang tak tahu apa-apa malah kena marah. Tapi apa peduliku?! Tak ada. Yang penting aku tak pernah kena marah dan aku tak pernah mau ikut campur urusan orang lain, termasuk dengan gosip yang sering disebar para karyawan tentang bapak manajer yang [katanya] homo.

Hari ini, seperti pula hari-hari kemarin, Tina, teman sekantorku yang kata orang cantik dan sexy—tapi menurutku norak dan biasa saja—mengirimkan surat kepadaku. Kata teman kantor yang lain itu surat cinta, tapi bagiku itu hanyalah sebuah surat yang berisi pemujaan terhadap manusia. Ya, akulah manusia yang dia puja. Sehebat itukah aku dimatanya hingga dia memujaku sedemikian rupa?! Selayaknya orang yang dipuja, maka aku berikan apa yang dia inginkan—tanpa ada niat apapun. Tapi jujur, aku mulai muak dengan ini semua.

Pekerjaanku hari ini, tak ada bedanya dengan hari-hari kemarin. Tetap menumpuk dan merengek agar segera diselesaikan. Padahal aku sudah ngebut agar bisa menyelesaikan pekerjaan hari ini juga. Tapi nyatanya?! Seperti hari-hari kemarin pula, tak kunjung selesai. Entah mengapa.

Dan waktu, sama seperti kemarin, sebulan yang lalu, setahun yang lalu, bahkan bertahun-tahun yang lalu. Tetap sama. 24 jam sehari, 60 menit perjam, 60 detik permenit, sama. Tak ada yang beda. Tapi hari ini seperti hari-hari kemarin, waktiu berjalan lebih cepat, seolah-olah berlari. Padahal baru tadi pagi matahari keluar tapi kini telah berganti dengan bulan yang berwajah muram. Terlalu cepat..

Aneh. Entah mengapa kali ini, tak seperti hari-hari kemarin, suara adzan maghrib terdengar syahdu di pendengaran. Tanpa kusadari, aku sudah berada dipelataran masjid depan rumahku. Padahal kejadian seperti ini berusaha kuhindari. Capek, kilahku.

Aneh. Ya, aneh. Hanya kata itu yang ada dalam pikiranku. Ini berbeda dengan hari-hari kemarin. Mungkinkah aku menginginkan perubahan seperti ini?! Entahlah. Tapi keragu-raguan masihlah ada dalam pikiranku. Apa yang aku lakukan?! Tapi aku harus teguh. Ya, teguh. Buang jauh-jauh pikiran itu sejauh mungkin, aku berada di depan masjid hari ini. Sebuah perubahan besar. Tapi... mau tak mau pikiran itu bersemayam pula dalam hati ini, mungkinkah aku akan mati?!

24012003

20062007