Model Pluralisme Fathi Osman ~ .:|| X JarIk (Jaringan Islam Kampus) Bandung X ||:.
RSS

Model Pluralisme Fathi Osman

Friday, April 20, 2007

REVIEW BUKU
Oleh : Naufal M. Nuhal Abrar Hafidz

Judul Buku : Islam, Pluralisme Dan Toleransi Keagamaan
Pengarang : Mohamed Fathi Osman
Penerbit : PSIK Universitas Paramadina

Secara sosiologis peranan agama memiliki beberapa hal yang menjadi elemen kehidupan manusia, Emile Durkheim tokoh sosiologi klasik ini misalnya memberikan tesis mengenai agama sebagi alat pemersatu solidaritas sebuah komunitas suku, tesis serupa disampaikan oleh Clifford Gertzt, bahwa agama senantiasa ada dalam sendi kehidupan manusia sehingga mengilhami terbentuknya segala bentuk peradaban yang diseluruh dunia pada elemen pertama yang disampaikan oleh Durkheim menjadikan agama sebagai sebuah pranata sangsi sanksi yang memberikan ganjaran baik dan buruk atupun benar ddan salah; lalu kedua agama sebagai motor penggerak peradaban yang paling purba dan primitif yang merembesi segala tingkah dan pola pikir manusia, agama sebagai sebuah institusi berperan dan bertugas untuk mempertahankan solidaritas dan stabilitas social.

Melihat fungsinya betapa agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia agama mempunyai peran yang sangat siginifikan dan terlampau vital dalam kehidupan masyarakat. Agama menjadi pemyulut pertikaian dan segala bentuk pembantaian yang megatasnamakn tuhan Namun teramat ironis, ketika agam dapt menampilkan wajhnya yang sejuk dan menjadi salah satu faktor yang dapat mengintegrasikan masyarakat,
Agama dapat menampakan sosoknya yang sangat buas, dan biadab ketika sensitivitasnya tersentuh. Rasanya tak ada satupun agama di dunia ini yang tak pernah bermandikan darah dari penganut maupun musuh-musuhnya. Ini adalah hal yan gsangat menarik bagi mereka yang ingin memahami agama sebagi fenomena eksistensial spiritual maupun kultural sosial

Paling tidak, agama sebagai faktor pemersatu lebih akibakan karena agama terbentuk dalam solidaritas keagamaan bersama-sama di antara elemen-elemen terkacil dalm tubuh masyarakat yang memungkinkannya melakukan berbagai aktifitas social secara komunal Hal demikian lebih banyak terjadi secara internal dalam kelompok agama tertentu meski tak jarang kita juga menyaksikan terjadi konflik social dalam agama tertentu.
Sedangkan agama sebagai faktor disintegrasi, pemicu konflik dan pemecah belas karena atas nama agama orang bisa membunuh serta menaklukan pemeluk agama lain. Sejarah Mencatat, terjadi peperangan dan saling bunuh membunuh atas nama perintah agama, meskipun yang sebenarnya terjadi adalah perebutan aset-aset social dan ekonomi.peristiwa ini nampak jelas dam peristiwa perang salib antara islam dan kristen yang berlangsung selam 13 abad lamanya

***

Untuk menjawab fenomena keberagamaan itulah buku yang ditulis oleh Mohamed Fathi Osman ini menjadi fundamental da sangat penting keberadaannya dalm memahami diskursusn pluralisme. Osman dalam bukunya ini sangat menekankan pentingnya pemahaman pluralisme dalam sikap keberagamaan sehingga menimbulkan sikap toleran.meminimalisir konflik antara agama .

Fathi osamn beursaha Menyadarkan kita bahwa apa yang terjadi didunia Islam sekarang ini, akan menentukan wajah Islam dimasa mendatang tergantungberhasil atau tidak menyemai benih-benih peradaban (Budi kata pengantar,2006; hal xii)
Pluralisme adalah bentuk kelembagaan dimana penerimaan terhadap keragaman melingkupi masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan. Maknanya lebih dari sekedar toleransi moral atau koeksistensi pasif. Toleransi adalah persoalan kebiasaan dan perasaan pribadi, sementara koeksistensi moral adalah semata-mata penerimaan terhadap pihak lain, yang tidak melampaui ketiadaan konflik. Pluralisme, disatu sisi mensyaratkan ukuran-ukuran kelembagaan dan legal yang melindungi dan mensyahkan kesetaraan dan mengembangkan rasa persaudaraan di antara manusia sebagai pribadi atau kelompok, baik ukuran-ukuran itu bersifat bawaan atau perolehan (Fathi Osman, 2006; hal 3)

Penjelasan Osman mengenai pluralisme ini sangat apik dengan pemaparan asas normatif dari ayat al Qur’an sangat jelas. Penjelasannya pun menukik tajam kearah persoalan, dari mulai penjelasan dasar bahwa umat manusia memang unik dan khas yang mana menghasilkan keyakinan dan pandangan-pandangan yang berbeda-beda.

Terlepas dari itu semua, buku yang terbit hadir dan didedikasikan untuk peringatan Milad ke 20 tahun Paramadina ini, secara gambling hendak menegaskan bahwa paham pluralisme adalah bagian amat penting dari tatanan masyrakat global. Dalam paham inilah dipertaruhkan antara lain; sehatnya demokrasi, keterbukaan, dan keadilan. Hal senada juga pernah diucapkan oleh Dawam Rahardjo ketika menjadi pemateri pada training Jarik seb Bandung-Garut yang bertempat di LEC Garut, beliau mengatakan seandainya Umat Isam Indoenesia ingin maju maka mereka harus menerima serta mengadopsi paham semisal pluralisme, sekulerisme dan liberalisme.maka seharusnya Islam mesti liberal, mesti sekuler dan mesti plural. Hanya Tuhan yang Tahu.