Dialog Imaginer ~ .:|| X JarIk (Jaringan Islam Kampus) Bandung X ||:.
RSS

Dialog Imaginer

Wednesday, July 4, 2007

Wawancara Imaginer bersama Sayiddina Umar Ibnu Khattab Ra.

Kebebasan beragama hari ini menjadi slilit sosial yang tak kunjung habis. Persoalan pengkafiran masih menjadi kicauan basi orang-orang yang mengaku sebagai pembela agama Tuhan. Absahkah hal ini? Berikut wawancara imajiner saya dengan Sayyidina Ummar Ibnu Khattab, Khulafa’ur Rasyidin yang terkenal menjadi pencetus ijtihad dalam Islam itu.

Oleh Achmad Jumaely


Bagaimana anda melihat Ummat Islam hari ini?
Menyedihkan! Itu jawaban saya. Ummat terlihat kacau-balau tak menentu. Kalau dulu ummat berselisih karena persoalan akidah dan Alqur’an sekarang lebih kompleks lagi, karena persoalan politik, sosial dan ekonomi. Baru-baru ini saya mendengar antara Sunni dan Syi’ah di Irak berselisih hingga menghilangkan banyak nyawa ummat Islam. Saya menangis mendengar hal ini.

Jadi bukan persoalan akidah sebenarnya?
Bukan! Saya kira itu murni persoalan politik. Setelah Amerika yang jahat itu menyerang Irak, benih-benih permusuhan karena persaingan politik mulai muncul di situ. Sebelumnya antara Syi’ah dan Sunni baik-baik saja tuch. Bahkan anda tahu sendiri beberapa tempat suci dimiliki secara bersama-sama dan di ziarahi juga bersama-sama.

Anda juga mendengar kehidupan ummat Islam Indonesia?
Iya, saya mendengar ummat Islam di Indonesia tak kalah kacaunya. Di tempat itu jumlah ummat Islam banyak, tapi seperti sabda nabi itu, mereka bak buih di lautan, terombang- ambing tak terarah dan akhirnya jadi abu-abu. Banyak kepentingan politik ekonomi internasional yang bermain di negara itu.

Maksud anda?
Iya, politik ekonomi global. Tidak hanya Amerika, tapi juga Saudi Arabia. Sebetulnya dua negara itu sama-sama kapitalis. Saudi kapitalis dengan sistem ekonomi -yang katanya- Islam itu, dan Amerika jelas dengan sistem ekonomi liberalnya. Sialnya lagi, dua negara ini ternyata tidak hanya memasok pasar ekonomi tapi juga ideologi. Kata ketua perhimpunan ulama di negeri itu, namanya Hasyim Muzadi, mereka itu membawa ideologi transnasional. Saudi dengan Wahabismenya dan Amerika dengan Liberalisme dan Sekularismenya.

Ada persoalan global sekarang ini, persoalan krisis kebebasan beragama. Karena di beberapa negara, dengan alasan membela agama (tuhan) mereka mengganggu eksistensi komunitas beragama lain, Bagaimana menurut anda?
Nah, persoalan kebebasan beragama ini memang sealu menjadi masalah setiap abad. Tapi sungguh kalau menurut saya ini bukan persoalan akidah, tapi persoalan kekuasaan, politik dan ekonomi. Sebagai bukti, tidak adanya kebebasan beragama selalu dimulai dari represifitas negara. Ketika negara terlalu campur tangan pada urusan private warganya termasuk agama, maka yang terjadi sesungguhnya represifitas atau kekerasan yuridis.

Jika anda baca sejarah dinasti-dinasti itu, semuanya karena persoalan yang sama. Soal agama terlalu banyak dicampuri negara. Yang terjadi akhirnya adalah adanya tirani kuasa mayoritas. Persisnya begini, yang beragama tapi tidak sehaluan dengan agama negara ditindas, didiskriminasi, dikucilkan dan seterusnya.

Sebetulnya bagaimana islam memandang kebebasan beragama?
Sudah jelas, dalam Alqur’an Allah berfirman “Andaikata kami mau, maka kami bisa membuat ummat manusia di muka bumi ini Islam semua, tapi sengaja kami tidak inginkan itu. Kami berikan kebebasan kepada mereka untuk menjadi mu’min dan menjadi kafir. Terserah mereka. Tapi yang kafir tentu saja akan berada di neraka yang dikelilingi api”. Nah..kalau kita baca firman Allah ini, jelas sekali. Allah saja memberikan kebebasan bagi semua manusia untuk beriman atau tidak beriman, lalu kenapa kita melebihi otoritas tuhan, memaksa orang lain untuk mmeluk Islam. Sombong sekali mereka, padahal di ayat lain suah dikatakan Allah. La Ikraha Fi Addin (tidak ada paksaan dalam beragama).[]

*Penulis adalah Koor JarIK Mataram