Cak Nur ~ .:|| X JarIk (Jaringan Islam Kampus) Bandung X ||:.
RSS

Cak Nur

Monday, July 2, 2007

Pluralisme Ala Cak Nur

Oleh Nazaruddin *

Penulis : Budhy Munawar - Rachman

Penerbit : PSIK Universitas Paramadina

Tahun terbit : I, Mei 2007

Halaman : vii + 188

Agama menempati ruang antara perbedaan bawaan dan perolehan, yaitu bahwa agama dapat diwariskan oleh generasi penerus dari generasi sebelumnya, atau dapat pula berkembang dari suatu sistem kepercayaan melalui keyakinan pribadi. Kenyataan bahwa keyakinan agama paling umum diwariskan secara kolektif ketimbang dikembangkan secara individual menjadikan penerimaan terhadap keragaman agama adalah hal yang penting bagi kesejahteraan manusia.

Sebuah negara bangsa, bahkan esensitas dari letak geografis yang paling harmonis sekalipun nantinya akan mengalami penampilan keragaman dalam ras, kesukuan, dan agama, demikian halnya dengan gagasan-gagasan ideologis dan politis yang dicapai untuk mencerminkan perbedaan-perbedaan alamiah dalam pemikiran dan penilaian. Semenjak dunia menjadi saling berdekatan sebagai hasil perkembangan-perkembangan yang menakjubkan dalam teknologi transportasi dan komunikasi, keragaman global telah menjadi suatu kenyataan yang mesti diterima baik secara intelektual maupun secara moral, dan secara hukum mesti dilindungi serta disahkan oleh segenap kelompok di seluruh dunia.

Namun bila hal ini dialami oleh Indonesia, sebuah negara yang menjadi tempat berpijak muslim mayoritas. Memberikan asumsi imajinatif terhadap perbaikan sistem bagi umat Islam dalam menganalisa aktif setiap permasalahan di Indonesia. Interaksi ilmiah dalam resensi ini bukan asumsi sederhana tapi hanya sebagian kecil perbandingan terhadap analisa perspektif Nurkholis Madjid. Komperatif ilmiah ini didasari dari argumentatif yang masing-masing memiliki kebenaran secara jelas. Adapun yang harus diantisipasi adalah sikap menganaliasa secara brutal yang tidak sesuai dengan argumentatif Nurkholis Madjid.

Gagasan yang tertuangkan dalam karya ilmiah ini cukup menyegarkan dahaga bagi kebebasan berfikir. Lepasnya rasa haus itu dilandasi dengan sikap dan motivasi yang terakumulasi dari penulis terhadap karyanya ini. Penulis menawarkan judul yang inklusif dalam acuan klasikal kebebasan berfikir dengan tema Islam dan pluralis. Tema yang terakumulasi dari buku ini mengacu kepada salah satu tokoh pluralisme Indonesia. Alm. Nurkholis Madjid adalah sosok jargon yang diadaptasi penulis untuk menghadirkan buku ini. Di dalam pengantar buku ini, penulis menjelaskan bahwa buku ini adalah sebuah dokumenter klasikal yang secara sengaja dihadirkan sebagai penghormatan kepada Alm. Nurkholis Madjid dan sebagai persahabatan kepada para pemikir pluralis kenegaraan Indonesia. Namun, realisasi yang tergambar sangat objektif. Hal ini didukung juga dengan literature yang relevan.

Buku ini hadir dengan keunggulan yang posesif. Keunggulan itu antara lain isi yang dihadirkan sangat mengedepankan Alm. Nurkholis Madjid. Hal ini diawali dengan argumentatif pluralis Alm. Nurkholis Madjid, seperti: argumen filosofis keimanan demi peradaban, pendekatan pemahaman keislaman bernegara Islam dan Modernitas, serta pengkultusan yang subjektif terhadap Alm. Nurkholis Madjid. Inilah sekelumit keunggulan buku in yakni keseluruhannya adalah orientasi Alm. Nurkholis Madjid yang disikapi secara sederhana dengan sentuhan kehangatan kekeluargaan.

Budhy Munawar-Rachman, mengekspresikan buku ini sebagai wacana ilmiah pluralis yang mengadopsi filosofis kekeluargaan. Karena kesadaran beliau yang menghormati sosok Alm. Nurkholis Madjid. Ini juga merupakan kajian filsafat yang menyajikan pemikiran yang berorientasi kepada pemikiran dengan pemahaman pluralis. Budhy Munawar-Rachman adalah calon kandidat doctor filsafat di STF Driyarkara. Disertasi beliau yang akan rampung dalam program ini berjudul Argumen Islam Untuk Pluralisme Demokratis: Pengalaman Indonesia. Walaupun kesibukan penuh pada disertasi, beliau mampu mencerna pola pikir yang dihadirkannya dalam bentuk buku ini berspekulasi kepada gagasan yang teratur. Spekulasi itu terakumulasi secara sederhana dengan bahasa yang komunikatif. Komunikasi yang subjektif adalah salah satu pengembangan motifasi yang terbaik dalam buku ini, sehingga terlihat serasi antara tata letak dan perwajahan yang terangkum disisipkan tepat di depan sebagai sampul desain itupun memiliki makna filosofis yang idealis.

Untuk mencerna buku ini sedikit harapan yang akan terealisasi. Hal ini hanyalah sebuah karya penghormatan. Namun, hal yang wajar untuk dikritik adalah objektifitas yang idealis. Seharusnya keadaan itu mensinergikan keduanya antara objektifitas Alm. Nurkholis Madjid yang idealis dengan pemikiran pluralisme kenegaraan dalam orientasi keislaman.

Meskipin demikian, secara analisa formal buku ini mempunyai kelebihan terhadap sistematika gagasan berfikir, namun ada kekurangan yang hadir untuk menemani kelebihan itu yakni adanya beberapa gagasan yang mendekati acuan pluralis sehingga dapat dinyatakan bahwa Alm. Nurkholis Madjid dalam buku ini terkesan aktif. Tapi jika disadari hal ini lebih bersifat kekeluargaan. Pada intinya jika buku ini bersifat kekeluargaan, maka hal itu sangat baik. Tapi jika orientasi itu keilmiahan justru tidak sinkron. Jadi inilah kreatifitas pluralis yang digarap Budhy Munawar-Rachman. Semoga buku ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang positif terhadap Islam dan Pluralisme kenegaraan. Selamat Membaca!.

*Peresensi adalah: Sekretaris JarIK Medan-Sumatera Utara